SIAPKAH KITA SEBAGAI GURU?

Menjadi seorang guru tidak hanya soal mengajarkan ilmu yang belum diketahui anak didik semata, tapi lebih dari itu seorang guru harus bisa menjadi seorang sosok yang benar-benar di contoh dan diteladani dalam setiap praktek kehidupannya, di setiap tempat dan keadaan apapun. Jam kerja seorang guru tidak hanya berhenti sampai dia meninggalkan gerbang sekolah untuk pulang ke rumahnya , tapi jam kerja seorang guru tak pernah mengenal kata ‘istirahat’ dan ‘berhenti’ . Sebagai guru kita bisa memaknai bahwa tuntutan menjadi guru bukan semata tuntutan pekerjaan duniawi semata, akan tetapi kita bisa memaknai bahwa menjadi guru adalah semacam tuntutan ‘risalah langit’.


Sebuah tuntutan yang sejatinya tidak mudah untuk dijalankan dan tak sembarang orang bisa melaksanakannya. Tuntunan ‘risalah langit’ lebih menekankan pada aspek bahwa menjadi guru mirip sekali dengan proses sebagaimana seorang Nabi atau Rasul menerima wahyu dan risalah dari Allah. Di setiap kondisi apapun seorang Rosul harus selalu mengajarkan, mencontohkan dan memberikan risalah yang sudah Dia dapatkan dari Allah kepada setiap kaumnya, agar setiap kaumnya dapat menjadi kaum yang beriman dan taat terhadap ketentuan Allah yang sebenarnya risalah itu adalah untuk kebahagiaan kaum itu sendiri. Seorang Rasul harus berupaya agar setiap kaumnya bisa menerima risalahnya. Begitu juga seperti apa yang sudah disampaiakan dan diajarkan oleh guru kepada anak didiknya, adalah risalah kebaikan yang dimana risalah kebaikan itu adalah untuk kebahagiaan setiap anak didiknya.

Seorang guru tentu ingin mengantarkan anak didiknya menjadi anak yang baik akhlaknya, cerdas pemikirannya, santun dalam pergaulannya, dan sukses meraih cita-citanya. Bisa dibayangkan begitu luar biasa bahagianya perasaan seorang guru yang bisa mengantarkan anak didiknya sehingga bisa menjuarai sebuah perlombaan tertentu, atau bisa diterima disebuah perguruan tinggi favorit, yang terkadang kebahagiaan guru melebihi bahagianya anak didik yang telah sukses tersebut. 

Untuk itu hendaknya kita sebagai guru, bisa segera kembali ’menghisab’ niat kita. Apa tujuan besar kita menjadi seorang guru ?, kalau sekedar ingin memenuhi tuntutan pekerjaan maka nilai yang akan kita dapatkan hanya sebatas apa yang sudah kita terima lewat ‘upah’ bulanan yang nilainya tidak seberapa itu. Tapi jika tujuan besar kita menjadi seorang guru  di landasi oleh niat mulia,keikhlasan menjalankan ‘risalah langit’ untuk ikut serta membangun anak didik kita menjadi anak didik yang shalih, berakhlak mulia, maka Allah akan turut serta membangunkan istana kebahagiaan hakiki sebagai balasan untuk kita, atas niat dan usaha mulia kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadi Guru itu Berat?

Kiprah... Pramuka SDIT Mutiara di Tingkat Karisidenan Surakarta...